Oleh : Indriani
NPM : 230210080061
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Program Studi Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran
El nino
El nino merupakan kondisi yang muncul akibat adanya interaksi antara atmosfer dengan samudera di bawah pengaruh kontrol matahari. Suhu muka laut di sekitar pasifik tengah dan timur sepanjang ekuator dari nilai rata-ratanya dan secara fisik El nino tidak dapata terlihat. Saat terjadi El nino Angin Pasat Timuran melemah, artinya angin berbalik arah ke Barat dan mendorong wilayah potensi hujan ke Barat. Hal ini menyebabkan perubahan pola cuaca. Daerah potensi hujan meliputi wilayah Perairan Pasifik Tengah dan Timur dan Amerika Tengah. Masing-masing kejadian El Nino adalah unik dalam hal kekuatannya sebagaimana dampaknya pada pola turunnya hujan maupun panjang durasinya.
Berdasar intensitasnya El Nino dikategorikan sebagai :
- El Nino Lemah (Weak El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik ekuator +0.5º C s/d +1,0º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
- El Nino sedang (Moderate El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik ekuator +1,1º C s/d 1,5º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
- El Nino kuat (Strong El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik ekuator > 1,5º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
Proses Terjadinya El nino
Dalam penjelasan mengenai sistem sirkulasi udara pada wilayah Pacific tropik, Garbell (1947) menyatakan bahwa selama musim solstis selatan (2 September – 21 Maret), pergeseran ke arah selatan dari front intertropikal diikuti oleh adanya aliran ke arah selatan dari aliran balik ekuatorial (equatorial countercurrent) melalui ekuator sambil membawa udara hangat dan curah hujan ke wilayah pantai barat benua Amerika antara 3 o – 7o lintang selatan yang pada keadaan normal biasanya sejuk dan kering. Arus hangat yang mulai terjadinyai pada akhir waktu Natal inilah yang disebut sebagai El Niño (de Cristo). Fenomeno El Niño terjadi dengan interval waktu yang tidak teratur. Fenomena ini merupakan suatu variabilitas alami iklim yang menimbulkan suatu keadaan peningkatan yang nyata pada kelembaban dan ketidakstabilan udara dan pemunculan permukaan perairan yang hangat dari utara yang menyebabkan kerusakan yang parah sepanjang pantai Peru.
Para nelayan di perairan Pasifik lepas pantai Peru dan Ekuador telah berabad-abad mengetahui fenomena yang dikenal sebagai El Niño. Setiap tiga sampai tujuh tahun antara bulan Desember dan Januari, ikan-ikan pada perairan lepas pantai di kedua negara tersebut menghilang, yang mengganggu secara nyata kegiatan perikanan. Selama kejadian El Niño, hubungan fisik antara angin, arus laut, suhu perairan laut dan suhu atmosfer, dan biosfer mengalami suatu keadaan yang terganggu; membentuk suatu pola cuaca yang menyimpang dari keadaan cuaca pada kondisi normal (NASA/EOS 1999).
Mendeteksi El Nino
El Nino adalah sesuatu yang alami dan telah mempengaruhi kehidupan di wilayah Samudra Pasifik selama ratusan tahun. Meskipun rata-rata El Nino terjadi setiap tiga hingga delapan tahun sekali dan dapat berlangsung 12 hingga 18 bulan, ia tidak mempunyai periode tetap. Kenyataan ini membuat El Nino sulit diperkirakan kejadiannya pada enam hingga sembilan bulan sebelumnya. Namun demikian secara umum terdapat dua parameter yang biasa digunakan untuk mendeteksi terjadinya El Nino :
- SOI (Indeks Osilasi Selatan)
- Suhu Muka Laut (SST)
Konveksi Yang Terjadi Di Laut
Berbeda dengan konduksi, konveksi merupakan suatu cara perpindahan energi yang sangat efektif di dalam atmosfer dan dilautan. Konveksi terdiri dari transfer energi melalui pergerakan cairan atau gas. Dalam pengetahuan tentang atmosfer, istilah adveksi digunakan untuk menunjukkan gerakan transfer horizontal sedangkan konveksi digunakan untuk transfer melalui pergerakan-pergerakan di udara vertikal. Contoh adveksi adalah angin panas dari arah selatan di amerika serikat sebelah utara, sedangkan pergerakan udara panas yang naik ke atas pada hari terik adalah suatu contoh konveksi. Di lautan, arus ke arah utara di teluk meksiko yang sejajar dengan garis pantai tenggara amerika serikat, adalah adveksi arah utara melalui pergerakan air laut.
Selain itu ada pula mengenai arus konveksi, dimana arus ini bergerak mendorong aliran material yang diakibatkan perbedaan tekanan, arah arus konveksi berupa siklus putaran. Seperti pada proses pemanasan air panas dalam bejana, dimana air yang ada di bawah akan didorong ke atas, kesamping kemudian kembali lagi ke bawah.
Konveksi Yang Terjadi Di Atmosfer
Cara perpindahan massa, energi dan lain sebagainya bersama dengan bagian-bagian fluida yang memindahkannya. Konveksi juga disebut gerak udara vertikal ke atas. Konveksi memainkan peran yang penting di dalam atmosfer, terutama dalam distribusi vertikal energi di dalam atmosfer. Di antara tiga mekanisme perpindahan energi (konduksi, konveksi dan radiasi), konveksi mendominasi proses perpindahan energi di dalam atmosfer, karena atmosfer dikenal sebagai konduktor dan radiator panas yang buruk. Proses perpindahan energi dalam konveksi terjadi melalui perpindahan massa, yang membawa energi di dalamnya, dan mendistribusikan energi tersebut di dalam atmosfer. Konveksi di dalam atmosfer juga memainkan peran dalam distribusi uap air dan perubahan fase yang menghasilkan awan dan hujan, yang merupakan variabel penting dalam aplikasi meteorologi. Konveksi juga berkaitan dengan pembentukan badai yang mempengaruhi cuaca. Maka tidaklah mengherankan bahwa konveksi mempengaruhi semua variabel atmosfer.
Fenomena El Nino Dengan Proses Terjadinya Konveksi Di Laut
El Nino merupakan fenomena global. Pada saat tahun El Nino laut panas di Pasific bergeser ke timur menjauh dari daerah Indonesia, sehingga laut di Indonesia relatif lebih dingin, dan pembentukan awan hujan berkurang, sehingga di daerah Indonesia hujanya berkurang. Demikian juga arah angin yang membawa uap air lebih kuat bertiup ke arah timur menjauhi Indonesia dan menyebabkan konveksi kuat di Pasific yang menyebabkan banyak hujan di laut Pasifik
Suhu permukaan laut di wilayah Samudra Pasifik ekuator tengah (wilayah ini disebut Nino 3,4), sejak pertengahan Juni 2009 telah menunjukkan terjadinya peningkatan melebihi 0,5 derajat Celsius. Pada awal Juli 2009, suhu bahkan telah merangkak melebihi angka 0,8 derajat Celsius. Keadaan semacam ini digolongkan sebagai El Nino lemah (Consensus of Strong El Nino NOAA, Amerika Serikat, 2007). Peningkatan suhu di Samudra Pasifik yang melebihi kondisi normal ini berakibat pada pelemahan sirkulasi Walker. Sirkulasi Walker adalah sirkulasi angin zonal (sejajar lintang) timur-barat yang terjadi dari Samudra Pasifik Timur menuju Pasifik Barat (dekat wilayah Indonesia). Pada keadaan normal, berembus angin dari timur (Pasifik) ke barat (Indonesia). Angin yang berembus dari Pasifik ini membawa banyak uap air sehingga bila telah sampai di wilayah Indonesia maka angin tersebut akan bergerak naik (terjadi konveksi) sehingga terbentuklah awan dan hujan.
Namun, apabila terjadi El Nino, angin timur yang dihasilkan oleh sirkulasi Walker dari Samudra Pasifik menuju Indonesia akan melemah. Pelemahan angin timur ini akan menghentikan terjadinya konveksi di atas Indonesia, sebaliknya konveksi yang berlebihan terjadi di wilayah Pasifik. Tidak adanya konveksi di wilayah Indonesia akan berefek pada kekeringan yang berlebihan pada musim kemarau tahun ini.
Sumber :
NASA/EOS. 1999. El Niño vs. La Niña. Poster seri: NW-1999-04-004-GSFC.
Garbell, M.A. 1947. Tropical and Equatorial Meteorology. Pitman Publishing Corporation. New York. 237p.
http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/02201/impron.htm
Balai Besar Meteorologi & Geofisika Wilayah II
Pikiran Rakyat
Thesis- Departemen Geofisika dan Meteorologi ITB
26 responses to “FENOMENA EL NINO YANG DAPAT MENIMBULKAN KONVEKSI DI LAUT”
furkonable
Desember 24th, 2009 pukul 03:42
artikel yang menarik untuk di dalami,
namun, tampaknya masih ada yang kurang seperti contoh” kasus,
mungkin bisa Anda berikan contoh kasus beserta pembahasannya.
dan menurut Anda, adakah korelasi antara fenomena El-Nino dengan menurunnya produksi panen petani?
terimakasih.
indRii
Desember 28th, 2009 pukul 14:03
thx saudara furkonable atas pertanyaannya, pertanyaan dr saudara akan coba saya jawab
fenomena El Nino merupakan suatu fenomena iklim di samudera Pasifik, dimana pusat konveksi atau hujan yang biasanya ada di sekitar benua maritim, bisa dikatakan tertarik ke tengah samudera Pasifik. Sehingga yang tertinggal adalah lautan dingin yang mengalir ke Indonesia. Dan yang dingin ini menyebabkan kekeringan. Laut dingin biasanya sulit terjadi penguapan sehingga menyebabkan udara kering, inilah dampak yang biasanya kita rasakan.
Selanjutnya mengenai korelasi fenimena El nino dengan menurunnya produksi panen petani yaitu di Indonesia dampak dari el nino yang biasa qta rasakan yaitu pada musim kemarau akibatnya lahan pertanian dan sumber mata air menjadi kering, Anomali cuaca El Nino yang positif bisa menyebabkan musim kering berkepanjangan dan menurunnya curah hujan.
Darmadi
Desember 24th, 2009 pukul 10:08
tulisan yang sangat menarik.,,,,
saya mau sredikit bertanya tenyang hal diatas,,
pertama, kaitan hal konveksi secara umum tersebut diatas itu apa dan mengapa hal tersebut bisa terjadi??
di negara kita sendiri apakah hal tersebut dapat terjadi, dan apakah dampaknya jika terjadi hal tersebut??
terima kasih,,,
indRi
Desember 24th, 2009 pukul 11:45
sebelumnya thx kawan atas pertanyaanya..
kaitan konveksi secara umum dengan tema yg saya ambil yaitu mengenai El nino. Diawal tulisan mengenai konveksi saya sudah jelaskan konveksi terdiri dari transfer energi melalui pergerakan cairan atau gas, konveksi yang berkaitan dengan El nino lebih menjelaskan mengenai proses konveksi dimana angin yang berembus dari Samudera Pasifik ini membawa banyak uap air sehingga bila telah sampai di wilayah Indonesia maka angin tersebut akan bergerak naik (terjadi konveksi) sehingga terbentuklah awan dan hujan.
Dampaknya apabila konveksi tidak terjadi di wilayah Indonesia akan berefek pada kekeringan yang berlebihan pada musim kemarau
semoga Anda tidak puas mengenai pertanyaan yang sudah saya jawab,.
blueseafer
Desember 28th, 2009 pukul 12:43
Cukup menarik artikelnya.
btw sirkulasi walker tuh pa n bagaimana mekanisme sirkulasinya???
indRii
Desember 28th, 2009 pukul 14:00
makasih atas p’tanyaannya, saya akan coba menjawab
sirkulasi walker merupakan wilayah sirkulasi yang sejajar lintang di arah timur barat yang terjadi di pasifik timur menuju pasifik barat dekat dengan kepulauan Indonesia. Pada keadaan normal, sirkulasi ini ditandai dengan kenaikan udara di Pasifik Barat dekat kepulauan Indonesia dan penurunan udara yang terjadi di Pasifik Timur atau anomali positif. Pada saat ini maka terjadi La Nina di Indonesia. Hal tersebut juga dibarengi dengan Dipole Mode (+) yang terjadi disekitar perairan samudra hindia. Dipole mode juga menyebabkan kenaikan udara di sekitar perairan Indonesia.
Begitu juga sebaliknya apabila anomali negative(-), maka terjadi penurunan di Indonesia dan kenaikan di Pasifik Timur. Hal tersebut juga mungkin diikuti dengan dipole mode (-), sehingga terjadi penurunan di Indonesia. Penurunan biasanya berkaitan dengan udara yang kering dan stabil sehingga di Indonesia mengalami kekeringan (El Nino).
candraperkasanurlukman
Januari 2nd, 2010 pukul 11:20
wah super sekali blognya. . ahaha.
nanya dong.
sekarang kan musim di Indonesia misalnya sering tidak sesuai dengan apa yang diramalkan., atau pas dimusim kemarau, tapi intensitas hujan masii cukup banyak dansebaliknya. apa ini salah satu pengaruh El Nino?
indRii
Januari 2nd, 2010 pukul 17:21
thx atas pertanyaannya,
Pengaruh El nino terhadap pola curah hujan di Indonesia berkurang. Tingkat berkurangnya curah hujan ini sangat tergantung dari intensitas El-Nino tersebut. Namun, karena posisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El-Nino. Selain itu, menurut Data dan Informasi (Datin) pada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika pada tahun 2010 El Nino terjadi jika suhu panas Lautan Pasific Timur mencapai 2 derjat celcius, sementara saat ini suhu mencapai 0,9 derajat celcius. Sementara permukaan lautan Indonesia suhunya masih hangat yaitu mencapai angka 0,5 derjat celcius, artinya permukaan laut masih hangat, dengan demikian peluang curah hujan di Indonesia cukup besar.
PMAN
Januari 2nd, 2010 pukul 16:15
artikel yang sangat menarik …cuma mau bertnya sedikit,,kan ini berhubungan dengan energi terus
apa el nino juga ada hubungannya juga dengan radiasi matahari??
terima kasih
indRii
Januari 2nd, 2010 pukul 18:38
thx atas pertanyaannya,
Energi radiasi matahari yaitu dimana energi matahari yang sampai kebumi sebagian besar berupa radiasi gelombang pendek termasuk cahaya tampak, hubungannya dengan El Nino akan mempengaruhi kandungan uap air di atmosfer yang mengakibatkan rendahnya proses pembentukan awan dan kurangnya tutupan awan menyebabkan radiasi matahari dapat secara langsung sampai ke permukaan bumi. Misalnya contoh kasus laut di Indonesia relatif lebih dingin, dan pembentukan awan hujan berkurang, sehingga di daerah Indonesia hujanya berkurang. Demikian juga arah angin yang membawa uap air lebih kuat bertiup ke arah timur menjauhi Indonesia dan menyebabkan konveksi kuat di Pasific yang menyebabkan banyak hujan di laut Pasifik.
sefray
Januari 3rd, 2010 pukul 13:14
halo,,,,,,,,,,,,,,,,
what a good blog i see
haha
saya punya sedikit pertanyaan mengenai tulisan anda ,,
el-nino dapat menyebabkan proses konveksi d laut,,
apakah pengaruhnya berlangsung lama atau hanya sesaat saja ?
teerimakasih,,,,,,,,,,,,
indRii
Januari 3rd, 2010 pukul 13:45
thx for quetions,
Fenomena El nino yang dapat menyebabkan konveksi di laut terjadi dengan interval waktu yang tidak teratur, tergantung angin yang berembus dari Pasifik membawa banyak uap air sehingga bila telah sampai di wilayah tertentu pada bagian garis ekuator seperti di Indonesia maka angin tersebut akan bergerak naik (terjadi konveksi) sehingga terbentuklah awan dan hujan.
noaa
Januari 3rd, 2010 pukul 14:59
ok….tulisan kamu akan dikomentari oleh ibu lintang….tapi menurut saya sudah bagus..lanjutkan…
mellanieamelia
Januari 3rd, 2010 pukul 15:00
makasih.. sangat menambah wawasan.
yang ingin saya tanyakan,
1. bagaimana proses dari parameter pengukuran el nino yang di jelaskan di atas( SST dan ISO )?
2. di wilayah manakah( negara bagian) elnino sering terjadi? apakah indonesia juga mengalaminya?
indRii
Januari 5th, 2010 pukul 06:52
makasii jg atas pertanyaannya,,^_^
1.) Parameter yang paling ampuh dalam mendeteksi el nino yaitu ada 2
I. SOI (Indeks Osilasi Selatan)
SOI adalah nilai indeks yang menyatakan perbedaan Tekanan Permukaan Laut (SLP) antara Tahiti dan Darwin-Australia, secara matematika dirumuskan :
Dengan :
Pdiff = selisih antara rata-rata satu bulan SLP Tahiti dan rata-rata SLP Darwin
Pdiffav = rata-rata jangka panjang Pdiff di bulan yang dimaksud
SD(Pdiff) = Standar Deviasi jangka panjang dari Pdiff di bulan yang dimaksud
El Nino dideteksi ketika nilai SOI negatif selama periode yang cukup lama (minimal tiga bulan).
II. Suhu permukaan laut/ Sea Surface Temperature (SST)
El Nino terutama ditandai dengan meningkatnya suhu muka laut di Pasifik Ekuator, SST ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-ratanya dan penyimpangan di daerah tersebut bernilai positif. Pergerakan angin pasat Selama kejadian El Nino, angin pasat timur melemah. Aliran ke Timur berbalik ke arah Barat. Perairan di sekitar Indonesia dan Australia menjadi dingin dan lebih kering.
2.) El nino seringa terjadi di sekitar Pasifik Tengah dan Timur sepanjang ekuator, di Indonesia juga mengalami El nino dengan interval waktu yang tidak teratur
cuncunedu
Januari 4th, 2010 pukul 09:37
Menarik isi dari blog anda,,,,,,
Saya mau nanya fenomena El-nino itu berpengaruh tidak dengan migrasi nya ikan-ikan di perairan Indonesia sehingga para nelayan kita agak kesulitan dalam mencari lokasi penangkapan ikan di laut?? Jelaskan??
Terima kasih, n_n
indRii
Januari 5th, 2010 pukul 06:24
makasii atas pertanyaan,.
Sepengetahuan saya, fenomena El nino berpengaruh dengan terjadinya migrasinya ikan dikarenakan adanya upwelling yang lemah dan air hangat dengan kandungan nutrisi yang rendah menyebar di sepanjang pantai sehingga panen para nelayan berkurang.
indRii
Januari 5th, 2010 pukul 06:34
makasii atas pertanyaan,.
Sepengetahuan saya, fenomena El nino berpengaruh dengan terjadinya migrasinya ikan dikarenakan adanya upwelling yang lemah dan air hangat dengan kandungan nutrisi yang rendah menyebar di sepanjang pantai sehingga panen para nelayan berkurang.
Alfian
Januari 4th, 2010 pukul 09:49
Terima kasih atas informasi yang diberikan pada bolgnya..
Tapi saya ingin sedikit bertanya…
Pada artikel di atas dikatakan meskipun rata-rata El Nino terjadi setiap tiga hingga delapan tahun sekali dan dapat berlangsung 12 hingga 18 bulan, ia tidak mempunyai periode tetap.
mengapa hal tersebut dapat terjadi????
bukankah el nino memiliki siklus secara berkala???
indRii
Januari 4th, 2010 pukul 11:15
El Nino adalah sesuatu yang alami dan telah mempengaruhi kehidupan di wilayah Samudra Pasifik selama ratusan tahun. Meskipun rata-rata El Nino terjadi setiap tiga hingga delapan tahun sekali dan dapat berlangsung 12 hingga 18 bulan, ia tidak mempunyai periode tetap.
Hal ini terjadi dikarenakan pada saat kondisi netral :
Angin di wilayah Samudra Pasifik di sekitar ekuator ( Angin Pasat Timuran) dan air laut di bawahnya, mengalir dari Timur ke Barat. Arah aliran ini sedikit berbelok ke Utara pada Bumi Belahan Utara dan ke Selatan pada Bumi Belahan Selatan.
Daerah yang berpotensi tumbuh awan-awan hujan adalah di Samudra Pasifik Barat, wilayah Indonesia dan Australia Utara
Ketika terjadi El Nino :
Angin Pasat Timuran melemah, artinya angin berbalik arah ke Barat dan mendorong wilayah potensi hujan ke Barat. Hal ini menyebabkan perubahan pola cuaca. Daerah potensi hujan meliputi wilayah Perairan Pasifik Tengah dan Timur dan Amerika Tengah.
Masing-masing kejadian El Nino adalah unik dalam hal kekuatannya sebagaimana dampaknya pada pola turunnya hujan maupun panjang durasinya.
Berdasar intensitasnya El Nino dikategorikan sebagai :
El Nino Lemah (Weak El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik ekuator +0.5º C s/d +1,0º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
El Nino sedang (Moderate El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik ekuator +1,1º C s/d 1,5º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
El Nino kuat (Strong El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik ekuator > 1,5º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
januariksan
Januari 5th, 2010 pukul 05:20
Saudari indri subhanallah artikelnya bagus,,
ingin rasanya saya bertanya kepada anda
parameter apa yang paling ampuh guna mendeteksi el nino,mengapa tolong penjelasannya
terima kasih!!!
indRii
Januari 5th, 2010 pukul 06:36
makasii atas pertanyaannya,.
Parameter yang paling ampuh dalam mendeteksi el nino yaitu ada 2
1. SOI (Indeks Osilasi Selatan)
SOI adalah nilai indeks yang menyatakan perbedaan Tekanan Permukaan Laut (SLP) antara Tahiti dan Darwin-Australia, secara matematika dirumuskan :
Dengan :
Pdiff = selisih antara rata-rata satu bulan SLP Tahiti dan rata-rata SLP Darwin
Pdiffav = rata-rata jangka panjang Pdiff di bulan yang dimaksud
SD(Pdiff) = Standar Deviasi jangka panjang dari Pdiff di bulan yang dimaksud
El Nino dideteksi ketika nilai SOI negatif selama periode yang cukup lama (minimal tiga bulan).
2. Suhu permukaan laut/ Sea Surface Temperature (SST)
El Nino terutama ditandai dengan meningkatnya suhu muka laut di Pasifik Ekuator, SST ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-ratanya dan penyimpangan di daerah tersebut bernilai positif. Pergerakan angin pasat Selama kejadian El Nino, angin pasat timur melemah. Aliran ke Timur berbalik ke arah Barat. Perairan di sekitar Indonesia dan Australia menjadi dingin dan lebih kering.
hernandhyhidayat
Januari 5th, 2010 pukul 15:56
waaaaaaaaawwwwwwwwwww tulisan yang cukup menarik..hehehe
mau manya nih, apa manfaat nyata dari adanya konvenksi di laut…???
trus dengan adanya konveksi di laut, apa ada dampak negatif yang ditimbulkan..??
thanks b4
indRii
Januari 6th, 2010 pukul 14:53
makasii atas pertanyaannya,
Menurut saya adanya konveksi di laut terutama di wikayah barat Indonesia mendukung terjadinya pembentukkan uap air yang nantinya akan terbentuk awan-awan konveksi dan berpotensi hujan lebat beserta angin kencang dengan rentan waktu yang tidak terlalu lama
lintang
Januari 5th, 2010 pukul 18:58
Tulisannya sudah cukup baik, semoga bisa terus berkarya menghasilkan tulisan-tulisan yang luar biasa.
Terinspirasi dari tulisan anda, mengapa Indonesia merupakan tempat yang sangat baik bagi pertumbuhan awan? Dan mengapa pulau-pulau kecil berperan penting bagi proses konveksi?
indRii
Januari 6th, 2010 pukul 14:40
Terima kasih ibu atas pertanyaannya,
1. Di wilayah Indonesia sebelah barat dan selatan khatulistiwa, kondisi permukaan laut Indonesia diperairan sebelah barat dan selatan khatulistiwa yang masih cukup hangat mendukung pembentukkan uap air ke wilayah tersebut. Selain itu, kelembaban udara disebagianbesra di wilayah Indonesia terutama di sebelah timur cukup besar karena terdapat aktivitas konveksi dan temperatur yang cukup tinggi pada siang hari karena adanya aktivitas atmosfer. Kondisi tersebut menjadi kondisi bagi pertumbuhan awan-awan konveksi di Indonesia yang berpotensi menimbulkan hujan lebat dan sngin kencang dengan rentan waktu yang tidak terlalu lama.
2. Pulau-pulau kecil berperan penting bagi proses konveksi adanya efek titik panas yang di keluarkan dari daratan pulau-pulau kecil yang mempengaruhi terjadinya proses konveksi di atmosfer